MAXIM MARMUR/AFP
Michael Kalashnikov dan senjata varian modern AK-47 yang dia rancang.
Kalashnikov meninggal pada usia 94 tahun, Senin (23/12/2013) waktu
setempat. Gambar ini diambil pada 15 April 2006.
MOSKWA, KOMPAS.com — Mikhail
Kalashnikov, pencipta senapan serbu legendaris AK-47, ternyata
menanggung beban dosa selama hidupnya. Menjelang akhir hayatnya,
Kalashnikov, yang menganut Kristen Ortodoks, mengaku takut berdosa atas
kematian semua orang yang diakibatkan senjata ciptaannya itu.
Kalashnikov,
yang meninggal dunia Desember lalu pada usia 94 tahun, pada April tahun
lalu menulis sebuah surat panjang penuh emosi kepada Patriach Kirill,
pemimpin Gereja Ortodoks Rusia. Demikian harian pro-Kremlin
Izvestia mengabarkan, Senin (13/1/2014).
"Rasa
sakit dalam jiwa saya tak tertahankan. Saya terus mencari jawaban untuk
satu pertanyaan: jika senjata ciptaan saya mencabut nyawa seseorang,
apakah saya berdosa atas kematian orang itu, bahkan jika orang itu
adalah musuh?" ujar Kalashnikov dalam suratnya.
Surat yang
diketik di atas kertas surat pribadi Kalashnikov tersebut ditandangani
langsung pria yang menyebut dirinya adalah "budak" Tuhan itu.
Sekretaris
pers Patriakh Kirill, Alexander Volkov, mengatakan, Gereja Ortodoks
Rusia memang telah menerima surat dari Kalashnikov itu dan sudah
membalasnya secara pribadi.
"Gereja memiliki posisi yang pasti:
saat senjata digunakan untuk membela tanah air, maka Gereja mendukung
baik pembuat maupun serdadu yang menggunakan senjata itu," ujar Volkov.
"Dia
(Kalashnikov) membuat senjata itu untuk mempertahankan negara ini dari
musuh, bukan untuk digunakan teroris," tambah Volkov.
Kalashnikov,
yang pemakamannya dihadiri Presiden Vladimir Putin, menciptakan sebuah
senapan serbu yang sederhana dan terbukti tangguh saat digunakan Tentara
Merah dalam Perang Dunia II.
Kini, AK-47 merupakan senjata serbu
yang paling banyak diproduksi di dunia secara legal maupun ilegal.
Bahkan kini AK-47 menjadi salah satu senjata yang banyak digunakan
kelompok pemberontak hingga teroris.